Seorang wanita kini, berjalan terburu-buru dipagi hari, beberapa sibuk menyetir mobil pribadinya. Mereka menyandang tas, laptop, payung, jaket. Berkejaran dengan waktu. Ada yang menuju sekolah mengantarkan anak, bareng suami, bersama teman – teman seperjuangan. Sibuk membetulkan blazer, membaca makalah kuliah., mengangkat telpon, gusar melihat jam tangan, sibuk dengan map-map dan ratusan lembaran kertas.
Lalu dengan anggunnya memasuki kantor, beberapa langsung sibuk berinteraksi, sarapan, menelepon , membuka laptop atau computer, menelepon, presentasi, mengajar, meeting, browsing, mengetik, kerja lapangan, menelepon lagi. Beberapa masih sibuk di rumah, di dapur, mencuci, atau di pasar.
Wanita sekarang, beberapa memilih kerja di depan computer dan duduk seharian dengan cangkir kopinya. Beberapa terjun ke lapangan menantang kerasnya alam.
Tapi, kodrat tidak akan pernah berubah. Wanita adalah ibu rumah tangga. Dia menikah, melahirkan, dan membesarkan anak – anak. Dia akan ke dapur untuk memasak. Memastikan suami dan anak-anaknya sudah sarapan, bekal sekolah siap, susu diminum habis. Dia akan memastikan tidak ada yang salah seragam, dasi suaminya tidak miring. Merapikan rumah dan lemari maupun tempat tidur. Mengantar les. Memastikan baju kotor sudah dicuci dan seragam untuk besok sudah tergantung rapi. Dan dengan mengabaikan lelahnya, dia akan menyiapkan makan malam. Tersenyum puas melihat anak – anak dan suami makan dengan lahap. Sambil sibuk membereskan kekacauan makan malam, dia memastikan PR anak – anak selesai dengan baik dan suami bekerja dengan tenang di depan komputernya dengan segelas kopi dan setoples cemilan.
Wanita, dengan dasternya, tetap dengan cantiknya, membereskan rumah untuk yang terakhir malam itu. Menarik selimut anak – anaknya. Mencium kening mereka. Menemani suami nonton TV sambil berdiskusi tentang demo hari itu, tentang harga cabai yang melambung tinggi, tentang betisnya yang pegal. Lalu dia akan menjadi orang pertama yang bangun dari tidur, untuk memulai kehidupan di rumah. Setiap harinya.
Wanita yang bekerja bukan berarti melalaikan rumah tangga. Namun, wanita yang sangat hebat adalah wanita yang mampu menjaga keseimbangan perannya. Tidak ada yang perlu dikorbankan. Setiap pilihan memiliki resiko. Dan, jika wanita sudah tidak sanggup menjalani peran ganda seperti itu, dia harus mengorbankan pekerjaannya, bukan rumah tangganya. Karena…
Ibu adalah sekolah pertama bagi putra putrinya..(Al-umm hiya al-madrasatu al-ula)
Jika engkau mempersiapkannya
Berarti engkau mempersiapkan generasi berketurunan baik
Pada akhirnya..Antara kerja dan rumah tangga adalah masalah kesanggupan.
Salam sayang buat semua wanita di dunia. Wanita yang selalu berusaha setiap detiknya, sebagai ibu dan pekerja yang professional…

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

Advertise

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pages - Menu

Translate

Followers

About Me

Foto Saya
Doranya_ShinChan
Lihat profil lengkapku