Ramadhan Pertama Tanpa Ayah



Ketika perlahan ku buka kelopak mata ini
Ku dapati tubuh ini sedang berjuang keluar dari segala alam khayal yang mengekang akal rasionalnya
Saat itu aku terbaring lemah, tak pernah ku rasakan selemah itu sebelumnya
Ku coba jabat lengan mentari dalam lantunan doa seorang ‘qari’
Tak ku sadari, air mata meleleh menuruni bukit pipi, basahi padang bulu halus itu
Tak kusadari, aku merindukan sesosok manusia
Ya, aku merindukannya. . .

Ayah
Kini aku sadar, ini Ramadhan pertamaku tanpa ayah
Ini Ramadhan kami tanpa ayah

Ayah, tahukah engkau?
Saat menulis sajak ini pun hampir tak sanggup ku bendung air mata. .
Ayah, tahukah engkau, bahwa aku sangat merindukanmu?
Juga semua nasihatmu, dan waktu kita bersama?
Apakah engkau juga begitu?
Ayah, tahukah engkau bahwa ku ingin sekali saja engkau mengungjungi mimpiku, seperti aku mengunjungi pusaramu?
Tahukah engkau semua itu?
Tapi tenang, Ayah. .
Aku lebih ingin engkau tenang disana
Cinta Allah padamu lebih besar daripada cintaku padamu, dan aku harus mengerti itu
Tenang, ayah
Aku baik-baik saja. . .
Tapi sekarang
Ramadhan pertamaku tanpa Ayah. . .

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

Advertise

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pages - Menu

Translate

Followers

About Me

Foto Saya
Doranya_ShinChan
Lihat profil lengkapku